Lama sudah kau menyeka air mata,
Basahilah pipimu awan,
Dengan tangisan kepiluan,
Langit seakan berduka,
Kilat seperti murka,
Dengan kejelikan manusia
Luka dunia kian parah,
Unggas mula menyanyi lagu duka,
Mengadunya padaku :
Kami tak punya apa-apa
Hijau rimbunan alam bertukar muram
Kami tak punya tempat berdiam
Menangis sengsara siang malam
Akar pohon yang dulunya kukuh memasak bumi,
Kulihat kini rapuh mati,
Air matanya memberi sejuta tanda derita,
Lalu berkata :
Telah diberikan segala kebaikan pada tuan
Namun aku terus menerus dikecewa
Basuhlah lukamu,
Dengan air hujan,
Langit dan awan turut menangis,
Pada perihal duka dunia
Hari ini hujan turun sayu,
Membasuh luka didunia.
Noor Ismaputra bin Samsudin (15.3.2011)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan